Sekelumit Sejarah Kapal Selam Indonesia

Para pejuang Indonesia di masa awal-awal mempertahankan kemerdekaan memiliki semangat juang tinggi. Begitu pula dalam upaya menguasai pembuatan kapal selam yang diprakarsai Letkol Ginagan, sejak Juli 1947. Walaupun karya tersebut belum sepenuhnya terealisasi, namun keinginan memiliki kapal selam sangat tinggi, sesuai kebutuhan saat itu.

Keandalan kapal selam dalam sebuah operasi militer memang tidak diragukan lagi. Ia bebas berkeliaran di dalam laut tanpa bisa dideteksi, baik oleh kapal tempur maupun kapal atas air.

Dengan torpedo yang dibawanya, kapal selam menjadi senjata yang paling ditakuti musuh. Ia bisa mengintai, menyusup, dan menghancurkan musuh. Setiap torpedo yang dimuntahkan, hampir semuanya mengenai sasaran. Semua keunggulan tersebut jelas tidak dimiliki kapal atas air.

Secara dejure, Indonesia memang sudah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun secara de facto, Belanda masih setia bercokol di bumi Irian Barat. Tidak mudah memang menaklukkan Belanda yang sudah dilengkapi dengan persenjataan perang modern.

Setelah sekian lama menikmati hasil bumi Irian Barat, atas desakan Amerika Serikat, Belanda diminta untuk menyerahkan kembali wilayah tersebut. Akhirnya, dengan berbagai lobi politik, pada 15 Agustus 1962, Belanda dan Indonesia sepakat untuk mengakhiri konflik senjata secara terbuka.

Lalu mengapa Belanda yang sudah dibekali persenjataan modern menyerah begitu saja kepada Indonesia? Beberapa saksi sejarah mengatakan, Belanda sengaja menghindari kontak fisik dengan pejuang Indonesia.

Apalagi, setelah mereka tahu ternyata Indonesia memiliki dua belas kapal selam Whiskey-Class buatan Rusia yang canggih ketika itu. Kehadiran kapal selam tersebut jelas sangat ditakuti. Bisa dibayangkan kalau terjadi pertempuran, puluhan bahkan ratusan kapal atas air, baik untuk keperluan militer maupun sipil (dagang) bisa hancur terkena serangan torpedo yang dimuntahkann dari kapal selam.

ri-tjakra-s-01-ist
RI Tjakra S-01 (istimewa)

Resmi Dibentuk

Berdasarkan berbagai keunggulan itulah, bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno bertekad memiliki kapal selam. Setelah melalui berbagai usaha dan lobi akhirnya pada 12 September 1959 diresmikan dua kapal selam; RI Tjakra dan RI Nanggala sebagai kapal perang RI.

Tanggal tersebut merupakan tonggak sejarah kelahiran korps kapal selarn RI dan sekaligus menjadi Hari Kapal Selam dan Hari Hiu Kencana RI. Sebutan Hiu Kencana dipilih menjadi kebanggaan awak kapal selam.

Hiu adalah jenis ikan laut yang terkenal tangguh, tangkas, dan trengginas. Kencana atau emas dilukiskan sebagai keagungan jiwa raga. Jadi Hiu Kencana dimaksudkan sebagai awak kapal selam Republik Indonesia yang tangguh, tangkas dan trengginas dengan memiliki keagungan jiwa dan raga paripurna.

Sejak saat itulah keberadaan kapal selam menjadi salah satu kekuatan pemukul dari kekuatan-kekuatan pemukul Angkatan Laut RI yang telah ada, yaitu kapal kapal perang permukaan, marinir, dan pesawat udara. Soal personil pengawaknya juga terbilang andal dan terlatih. Betapa tidak, setelah melalui seleksi ketat, awak tersebut pada 1958 dikirim ke Gdynia, Polandia untuk mengikuti pendidikan dan latihan kapal selam.

Menurut Kolonel (Purn) Susanto dalarn bukunya Tabah Sarnpai Akhir (2001), secara administratif kapal selam tadinya berada di Divisi Kapal Selam (Divkasel). Divisi ini lalu direorganisasi menjadi Skwadron-51 (RON-51) yang berkembang meniadi Komando Djenis Kapal Selanm (Kodjenkasel atau KDKS) dan berubah lagi menjadi Satuan Kapal Selam (Satsel).

Mayor Pelaut RP. Poernomo adalah komandan kapal selam yang pertarna, RI Tjakra. Ia juga sekaligus menjadi komandan pertama Kodjenkasel. Sedangkan Mayor Pelaut OP. Koesno dipercaya sebagai komandan RI Nanggala.

Motto atau kata sakti Hiu Kencana, Tabah Sampai Akhir dicetuskan RP. Poernomo pada tahun 1959. Motto yang lugas dan sederhana ini sungguh tepat dan berbobot spiritual yang tinggi. Ketabahan mutlak dimiliki setiap jiwa Hiu Kencana, baik dari awal, tengah, maupun sampai akhir tugas mulia, walaupun mengetahui kemungkinan terburuklah yang sedang dihadapi.

Sementara itu, lagu kebanggaan warga Hiu Kencana adalah Wiratama Hiu Kencana. Lagu dan syair tersebut diciptakan Kapten Susanto di Surabaya, 11 Mei 1967. “Lagu tersebut bisa mengbibur manakala personil kapal selam sedang dalam komlisi jenuh, sedih, atau susah,” kenang Susanto.

ri-nanggala-s-02-ist
RI Naggala S-02 (istimewa)

Membuat Kejutan

Ketika Divisi Kapal Selam itu baru berumur satu tahun, kapal selam RI Tjakra membuat kejutan besar pada acara HUT Armada RI, 5 Desember 1960. Poernomo bersama para awak kapalnya melakukan demontrasi berlayar di bawah air kemudian tirnbul di alur pelayaran barat Selat Madura, di utara Markas Komando Armada RI.

Sambil menyelam, RI Tjakra meluncurkan seorang anggota pasukan katak yang melakukan demolisi dengan meledakkan TNT dan kemudian timbul di dekat dermaga, di depan mimbar Inspektur Upacara Presiden RI, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia Ir. Soekarno. “Setelah anggota pasukan katak mendarat, dia kemudian berlari dengan membawa sebuah tabung silinder mengkilap berisi piagam untuk dipersembahkan kepada Inspektur Upacara,” ujar Susanto.

Dengan gagahnya, Poernomo berdirl tegak di atas anjungan RI Tjakra yang telah timbul memberi hormat ke arah mimbar. Para hadirin, termasuk atase militer dan pers barat, memberi aplaus meriah. “RI Tjakra adalah kapal pertama sekaligus terakhir kalinya yang berani berlayar di bawah air di alur pelayaran barat Selat Madura hingga kini,” ungkap Susanto lagi.

Menurutnya. demonstrasi semacam ini berbahaya dan tidak lazim karena memerlukan ketangkasan yang luar biasa. Bukan apa-apa, kedalarnan Selat Madura saat itu hanya belasan meter, banyak rintangan navigasi, dengan arus yang kuat yang bisa berubah arah, Lagi pula alurnya sangat sempit. Apalagi panjang badan RI Tjakra 76 meter. Jika tidak betul-betul well trimmed, niscaya kapal selam akan tertancap di dasar Selat Madura. Sungguh ini merupakan suatu manuver yang menakjubkan dan RI Tjakra untuk presidennya.

armada-kapal-selam-whiskey-class-indonesia-kaskus-militer
Whiskey Class Indonesia (kaskus militer)

Persiapan Merebut Irian Barat

Sukses meniiliki dua kapal selam, pada tahun 1961, RI berniat meinbeli empat kapal selam buatan Rusia. Karena itu dikirimlah ratusan personil untuk dididik dan dilatih di Vladivostok, Rusia. Program ini merupakan persiapan RI untuk merebut Irian Barat dan Belanda yang masih bercokol di sana.

Usai diklat, empat kapal selam (RI Tjandrasa, RI Nagabanda, RI Nagarangsang dan RI Trisula) Iangsung bergabung dengan kekuatan perang lainnya. Menurut Buku Sejarah TNI Angkatan Laut, 1959-1965 yang diterbitkan Dinas Penerangan TNI AL pada 2001, Kesatuan Kapal Selam (KKS -15) resmi terbentuk pada 1 Juli 1962. KKS ini terdiri dari empat kapal selam dan sebuah kapal tender, AL Bengawan yang sekaligus berperan sebagai kapal markas (HQS) dipimpin oleh Kolonel (P) RP. Poernomo.

Tak lama setelah diresmikan, KKS-15 bertolak dari pangkalan Surabaya, dan sejak 5 Juli 1962 sudah berada di daerah operasi Mandala. Pengendalian operasional tiap unsur adalah di bawah Komandan KKS-15 yang berkedudukan di AL Bengawan. Komando KKS-15 secara operasional langsung di bawah Panglima Komando Armada Tugas (Komartu). Nama sandi operasi tersebut adalah operasi Cakra.

Pada posisi dekat Putau Mapia, kapal selam RI Nagabanda diserang Destroyer musuh sebanyak 61 kali. RI Tjandrasa berhasil menyusupkan 15 RPKAD di Teluk Tanah Merah pada 21 Agustus 1962 pukul 21.45. Sedangkan kapal selam lainnya tidak berhasil karena ketatnya patroli udara dan laut musuh. Perang tak jadi meletus karena pada 15 Agustus 1962 Belanda mengajak gencatan senjata dengan Indonesia.

Usai konfrontasi dengan Belanda, upaya menegakkan kedaulatan belum berhenti di situ saja. Kapal selam RI juga ikut ambil bagian dalam konfrontasi terbentuknya persekutuan negara baru Malaysia.

Kapal selam RI Juga berpartisipasi dalam rangka menjalin persahabatan dengan negara sahabat. Pada 1965 misalnya, dua buah kapal selam (RI Nagarangsang yang dikomandoi Kapten Basoeki dan RI Bramasta dengan komandan Kapten Jasin Soedirdjo) bertugas ke Pakistan. Kedua kapal selam ini bergabung dalam latihan operasi tempur bersama kapal perang Angkatan Laut Pakistan.

Sayangnya, gonjang-ganjing politik di dalam negeri memanas dengan adanya Gerakan 30 September 1965. Dampaknya, bantuan militer dari Sovyet pun terhenti.

kri-cakra-401-lci
KRI Cakra 401 TNI AL (defence.pk)

Membeli dari Jerman

Setelah sekian lama berselang, pada tahun 1980-an Indonesia membeli dua kapal selam baru U-209 buatan Jerman Barat. Keduanya diberi nama yang sama dengan dua kapal selam pertama Whiskey-Class buatan Rusia, yaitu KRI Cakra dengan komandan Letkol RA. Subyarto dan KRI Nanggala dengan komandan Letkol Armand Aksyah.

Sementara itu, karena langkanya suku cadang dan sudah tergolong tua, satu-persatu kapal selam Whiskey-Class dikeluarkan dari dinas aktif. Salah satunya yang terakhir dikeluarkan dari jajaran kapal perang armada RI adalah RI Pasopati. Kapal selam tersebut kini berdiri di tengah kota Surabaya sebagai Monurnen Kapal Selam (Monksel).

Ketika berkunjung ke pangkalan TNI Angkatan Laut di Surabaya pada pertengahan 2006, penulis masih bisa merasakan semangat juang yang tinggi dan para awak kapal selam KRI Nanggala. Menurut Kolonel Darwanto, yang ketika itu menjabat Komandan Kesatuan Kapal Selam, KRI Nanggala baru saja melakukan penjagaan di Perairan Ambalat yang masih menjadi sengketa antara Malaysia dan Indonesia.

Di awal tahun 2008, dua kapal selam yang telah berumur lebih dari 25 tahun itu, KRI Nanggala dan KRI Cakra masih menjadi senjata andalan bagi TNL AL. Jumlah ini tampaknva tidak sepadan dengan luasnya perairan Indonesia yang harus dijaga dan dilindungi. Karena itulah, pemerintah berniat menambah kapal selam lagi.

Photo : Whiskey Class Submarines C-189 in Saint Petersburg’s Museum (wikipedia)

Sumber : Kapal Selam Indonesia (Indroyono Soesilo dan Budiman)

Editor : (D.E.S)

One thought on “Sekelumit Sejarah Kapal Selam Indonesia”

Leave a comment